Halaman

Senin, 23 Juli 2018

Kenapa?

Saya lebih suka ketika seseorang berbicara secara realitas. Semacam tidak ada pokok menyebutkan, meremehkan sepihak. Berpikir secara realitas bahwa manusia gudangnya salah, gudangnya kebodohan. Tidak serta merta menjadi maha. Berpikirlah secara logika dan realistis bahwa kepala setiap orang itu berbeda, jangan menganggap semua kepala sama dengan kepadamu (maaf jika aku tak sopan membicarakan kepalamu) 

Kemarin aku bertemu dengan sosok yang baik, memperdulikan kesusahan orang lain (aku). Ketika semua orang datang menyalahkanku, menyudutkan, mempermalukan ia datang dengan segenggam arahan semangat tanpa menggurui, tanpa menjadi yang paling benar. Keluhanku ia maklumi secara real. "kak aku malu, semua orang datang menyalahkanku seperti mereka tak pernah menjadi seorang bayi yang tak mengerti apa-apa, aku malu".

Mereka hanya bisa menyalahkan dan menyudutkan. Bukannya mengajari dan memberi solusi. Tapi nuntut untuk selalu benar. Bayi kalo tak diajari makan apa dia bisa minum? 

Dari aku yang pernah diremehkan.